Bacaan
Ekaristi : Sir. 35:12-14,16-18; Mzm. 34:2-3,17-18,19,23; 2Tim. 4:6-8,16-18;
Luk. 18:9-14.
Hari
ini Gereja Roma bersukacita bersama Gereja universal, bersukacita atas karunia
seorang uskup baru: Uskup Agung Mirosław Stanisław Wachowski, putra negeri
Polandia, uskup agung tituler terpilih Villamagna di Proconsolare dan Nunsius
Apostolik untuk rakyat Irak terkasih.
Semboyan
yang dipilihnya — Gloria Deo Pax Hominibus — bergema seperti gema kidung Natal
para malaikat di Betlehem: "Kemuliaan bagi Allah di tempat Yang Maha
Tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya" (Luk 2:14). Ini adalah program seumur hidup: selalu
mengupayakan kemuliaan Allah bersinar dalam damai sejahtera di antara manusia.
Inilah makna mendalam dari setiap panggilan kristiani, dan khususnya panggilan
episkopal: menjadikan nyata, melalui hidup seseorang, pujian bagi Allah dan
keinginan-Nya untuk mendamaikan dunia dengan diri-Nya (bdk. 2 Kor 5:19).
Sabda
Allah yang baru saja diwartakan menawarkan kepada kita beberapa ciri penting
pelayanan episkopal. Bacaan Injil (Luk 18:9-14) menunjukkan kepada kita dua
orang yang berdoa di Bait Allah: seorang Farisi dan seorang pemungut cukai.
Orang Farisi memperkenalkan dirinya dengan penuh percaya diri, menyebutkan
perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya; pemungut cukai tetap di belakang,
tak berani menengadah ke langit, dan mempercayakan segalanya pada satu doa:
"Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (ayat 13). Yesus
berkata bahwa sesungguhnya dialah, si pemungut cukai, yang menerima rahmat dan
keselamatan Allah, sebab "siapa saja yang meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan"
(ayat 14).
Doa
orang miskin menembusi awan, Putra Sirakh mengingatkan kita: Allah mendengarkan
permohonan orang-orang yang mempercayakan diri sepenuhnya kepada-Nya (bdk. Sir
35:15-22).
Inilah
pelajaran pertama bagi setiap uskup: kerendahan hati. Bukan kerendahan hati
dalam kata-kata, melainkan kerendahan hati yang bersemayam dalam hati seseorang
yang menyadari bahwa ia seorang hamba, bukan tuan; seorang gembala, bukan
pemilik kawanan domba.
Saya
tergerak merenungkan doa sederhana yang, di Mesopotamia, telah membahana bak
dupa selama berabad-abad: sang pemberita Injil memiliki wajah begitu banyak
umat beriman Timur yang, dalam keheningan, terus berseru, "Ya Allah,
kasihanilah aku, orang berdosa ini." Doa mereka tak pernah berhenti, dan
hari ini Gereja universal bergabung dalam paduan suara orang-orang percaya yang
menembusi awan dan menyentuh hati Allah.
Monsinyur
Mirosław yang terkasih, kamu berasal dari negeri danau dan hutan. Di
lanskap-lanskap itu, tempat keheningan berkuasa, kamu belajar merenung; di
tengah salju dan matahari, kamu belajar ketenangan dan kekuatan; dalam keluarga
petani, kesetiaan pada tanah dan pekerjaan. Pagi hari mengajarkanmu berdisiplin
hati, dan kecintaanmu pada alam menuntunmu menemukan keindahan Sang Pencipta.
Akar
ini bukan sekadar kenangan untuk diingat, melainkan pelajaran seumur hidup.
Dari kontak dengan tanah, kamu belajar bahwa kesuburan datang dari penantian
dan kesetiaan: dua kata yang juga mendefinisikan pelayanan episkopal. Uskup dipanggil
untuk menabur dengan kesabaran, mengolah dengan rasa hormat, menanti dengan
penuh harapan. Ia adalah seorang penjaga, bukan pemilik; seorang pendoa, bukan
pemilik. Allah mempercayakan kepadamu sebuah misi agar kamu dapat merawatnya
dengan dedikasi yang sama seperti seorang petani merawat ladangnya: setiap
hari, dengan ketekunan, dengan iman.
Pada
saat yang sama, kita mendengar Rasul Paulus yang, mengenang hidupnya sendiri,
berkata, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai
garis akhir, dan aku telah memelihara iman" (2 Tim 4:7). Kekuatannya bukan
berasal dari kesombongan, melainkan dari rasa syukur, karena Allah menopangnya
dalam jerih payah dan pencobaannya.
Demikian
pula, saudara terkasih, yang telah menapaki jalan pelayanan bagi Gereja di
perwakilan kepausan di Senegal dan di negara asalmu, Polandia, di organisasi
internasional di Wina dan di Sekretariat Negara, sebagai Pejabat Notulen dan
Wakil Menteri untuk Hubungan dengan Negara-Negara, kamu telah menjalani
diplomasi sebagai ketaatan pada kebenaran Injil, dengan kebijaksanaan dan
kompetensi, dengan rasa hormat dan dedikasi, dan untuk itu saya bersyukur. Kini
Allah memohon agar karunia ini menjadi kebapaan pastoral: menjadi seorang bapa,
gembala, dan saksi pengharapan di negeri yang ditandai oleh penderitaan dan
kerinduan untuk kelahiran kembali. Kamu dipanggil untuk berjuang dalam
pertandingan iman yang baik, bukan melawan orang lain, melainkan melawan godaan
untuk lelah, mundur, mengukur hasilmu, dengan mengandalkan kesetiaan yang
menjadi ciri khasmu: kesetiaan mereka yang tidak mencari kepentingan diri
sendiri, melainkan melayani dengan profesionalisme, dengan rasa hormat, dengan
kompetensi yang cemerlang dan tidak pamer.
Santo
Paulus VI, dalam Surat Apostoliknya Sollicitudo omnium Ecclesiarum,
mengingatkan bahwa wakil Paus merupakan tanda kepedulian Penerus Petrus bagi
seluruh Gereja. Ia diutus untuk memperkuat ikatan persekutuan, mengembangkan
dialog dengan otoritas sipil, menjaga kebebasan Gereja, dan mengembangkan kesejahteraan
masyarakat. Nunsius Apostolik bukan sekadar diplomat: ia adalah wajah Gereja
yang mendampingi, menghibur, dan membangun jembatan. Tugasnya bukan untuk
membela kepentingan pihak tertentu, melainkan untuk melayani persekutuan.
Di
Irak, tanah misimu, pelayanan ini memiliki makna khusus. Di sana, Gereja
Katolik, dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, hidup dalam beragam
tradisi: Gereja Kaldea, dengan Patriark Babilonia dari Kaldea dan bahasa Aram
dalam liturginya; Gereja Siro-Katolik, Katolik Armenia, Katolik Yunani, dan
Latin. Ia merupakan mosaik ritual dan budaya, sejarah dan iman, yang meminta
untuk disambut dan dilindungi dalam amal kasih.
Kehadiran
umat Kristen di Mesopotamia sudah ada sejak lama: menurut tradisi, Santo Thomas
Rasul yang membawa Injil ke negeri itu setelah kehancuran Bait Suci Yerusalem;
dan murid-muridnya, Addai dan Mari, yang mendirikan komunitas pertama. Di
wilayah itu, mereka berdoa dalam bahasa yang digunakan Yesus: bahasa Aram. Akar
apostolik ini merupakan tanda kesinambungan yang belum mampu dipadamkan oleh
kekerasan, yang diwujudkan dengan keganasan dalam beberapa dekade terakhir.
Sungguh, suara mereka yang secara brutal kehilangan nyawa di negeri itu tidak
berkurang. Hari ini mereka berdoa untukmu, untuk Irak, untuk perdamaian dunia.
Pertama
kalinya dalam sejarah, seorang Paus mengunjungi Irak. Pada bulan Maret 2021,
Paus Fransiskus tiba sebagai peziarah persaudaraan. Di negeri itu, tempat
Abraham, bapa iman kita, mendengar panggilan Allah, pendahulu saya mengenang bahwa
"Allah, yang menciptakan manusia setara dalam martabat dan hak, memanggil
kita untuk menyebarkan kasih, kebajikan, dan kerukunan. Di Irak pun, Gereja
Katolik ingin menjadi sahabat bagi semua orang dan, melalui dialog, bekerjasama
secara membangun dengan agama-agama lain demi perdamaian" (Fransiskus,
Pidato kepada Pihak Berwenang, Masyarakat Sipil, dan Korps Diplomatik, 5 Maret
2021).
Hari
ini kamu dipanggil untuk melanjutkan perjalanan itu: melindungi benih
pengharapan, mendorong hidup berdampingan secara damai, menunjukkan bahwa
diplomasi Takhta Suci lahir dari Injil dan dipupuk oleh doa.
Uskup
Agung Mirosław yang terkasih, jadilah manusia yang senantiasa bersekutu dan
berdiam diri, yang mendengarkan dan berdialog. Bawalah dalam kata-katamu
kelembutan yang membangun dan dalam tatapanmu kedamaian yang menghibur. Di
Irak, orang-orang akan mengenalimu bukan dari apa yang kamu katakan, tetapi
dari bagaimana kamu mengasihi.
Kita
mempercayakan misimu kepada Maria, Ratu Damai, kepada Santo Thomas, Addai, dan
Mari, serta kepada banyak saksi iman Irak. Semoga mereka menyertaimu dan
menjadi terang di jalanmu.
Maka,
sebagaimana Gereja, dalam doa, menyambutmu ke dalam Dewan Uskup, marilah kita
berdoa bersama: semoga kemuliaan Allah menerangi jalanmu dan semoga damai
Kristus bersemayam di mana pun kamu melangkah. Gloria Deo, Pax Hominibus. Amin.
______
(Peter Suriadi - Bogor, 27 Oktober 2025)


Print this page
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.